Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef (GBRMPA) melaporkan gelombang panas musim panas yang berkepanjangan di Australia telah menyebabkan 91 persen karang di Great Barrier Reef rusak karena pemutihan.
Ini adalah pertama kalinya terumbu karang mengalami pemutihan selama siklus cuaca La Nina, ketika suhu biasanya diperkirakan lebih dingin.
Menurut laporan tersebut, kerusakan yang disebabkan oleh “pemutihan massal” keempat yang dialami sistem terumbu karang terbesar di dunia sejak 2016 itu pertama kali terungkap pada bulan Maret.
“Perubahan iklim meningkat, dan karang sudah mengalami konsekuensi dari ini,” kata isi laporan yang diterbitkan pada Selasa, 10 Mei 2022.
Hasil survei dalam laporan itu menemukan bahwa setelah air mulai menghangat Desember lalu, ketiga wilayah utama terumbu mengalami pemutihan.
Pemutihan adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika karang tertekan dan mengusir ganggang berwarna cerah yang hidup di dalamnya.
Meskipun karang yang memutih masih hidup dan bagian terumbu yang terkena dampak dapat pulih, karang yang sangat memutih memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Dari 719 terumbu karang yang disurvei, laporan tersebut mengatakan bahwa 654 atau 91 persen menunjukkan beberapa tingkat pemutihan karang.
Laporan tersebut diterbitkan 10 hari sebelum pemilihan federal Australia pada 21 Mei, di mana kebijakan perubahan iklim telah muncul sebagai isu utama bagi para pemilih.
Bulan depan, Komite Warisan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memutuskan apakah akan memasukkan terumbu karang itu dalam kategori “dalam bahaya”.
PBB sebelumnya mengancam akan menurunkan Great Barrier Reef dalam daftar Situs Warisan Dunia terumbu karang pada 2015.
Australia pun membuat rencana “Reef 2050” dan menggelontorkan miliaran dolar untuk perlindungan.
CHANNELNEWSASIA